Rabu, 26 Januari 2011

Logika formal dan Dialektika

Oleh: Roliv

Untuk mempelajari dialektika, penting bagi kita untuk terlebih dahulu mempelajari logika formal secara komprehensif karena dialektika sendiri merupakan kritik tegas dari logika formal dan dilahirkan oleh keterbatasan-keterbatasan logika formal.
Logika formal adalah sebuah capaian penting dalam proses cara berpikir manusia, karena rumusan-rumusannya menjelaskan tentang bagaimana manusia mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan memberikan kesimpulan terhadap seluruh gejala-gejala obyektif. Dengan demikian logika formal juga memiliki keterbatasan, karena hanya merupakan satu bagian dari capaian proses cara berpikir yang dapat berlaku dalam kurun sejarah tertentu.
Hukum logika formal dibagi menjadi tiga arus utama yaitu:
1. Hukum identitas
Hukum identitas menjelaskan bahwa 'A' sama dengan 'A' – yaitu bahwa benda-benda adalah seperti itu apa adanya, dan bahwa benda itu berposisi pada hubungan yang tertentu (pasti) satu sama lain. Ada hukum-hukum turunan lain yang didasarkan pada hukum identitas; yaitu misalnya, jika 'A' sama dengan 'A', maka 'A' tidak mungkin sama dengan 'B' atau 'C'.
2. Hukum kontradiksi
Hukum kontradiksi menyatakan bahwa A adalah bukan Non-A. hukum ini adalah silogisme negatif dari hukum identitas. Jika A selalu sama dengan dirinya maka ia tidak mungkin berbeda dengan dirinya. Perbedaan dan persamaan menurut dua hukum di atas adalah benar-benar berbeda, sepenuhnya tak berhubungan, dan menunjukkan saling berbedanya antara karakter benda (things) dengan karakter fikiran (thought).
3. Hukum tidak ada jalan tengah
Hukum ini menyebutkan bahwa segala sesuatu hanya memiliki salah satu karakteristik tertentu. Jika A sama dengan A, maka ia tidak dapat sama dengan Non-A. A tidak dapat menjadi bagian dari dua kelas yang bertentangan pada waktu yang bersamaan. Dimanapun dua hal yang berlawanan tersebut akan saling bertentangan, keduanya tidak dapat dikatakan benar atau salah. A adalah bukan B; dan B adalah bukan A. Kebenaran dari sebuah pernyataan selalu menunjukkan kesalahan berdasarkan lawan pertentangannya dan sebaliknya. Hukum yang ketiga tersebut adalah sebuah kombinasi dari dua hukum pertama dan berkembang secara logis.
Rumusan-rumusan logika formal mengandung dan lahir dari unsur-unsur material yang ada di tengah realitas, sehingga ia telah dijadikan basis bagi perkembangan ilmu pengetahuan, atau pun menghasilkan penemuan-penemuan. Namun, rumusan-rumusan tersebut tetap memiliki keterbatasan-keterbatasan yang pada akhirnya malah menghambat pengembangan lebih lanjut dari suatu temuan ilmiah. Hal ini dapat terjadi karena logika formal mengandung kebenaran, tapi juga sekaligus mengandung kesalahan.
Secara ringkas ketiga hukum tersebut bermuara pada hukum identitas, logika formal akan memulai operasionalnya ketika sudah menemukan identitasnya atau definisi baku terhadap sesuatu tersebut. Pemilahan identitas tersebut akan berimplikasi pada pembedaan atau diferensiasi dimana segala sesuatu akan selalu berbeda dengan sesuatu lainnya dan tidak mungkin sesuatu menjadi bagian dari dua identitas yang berbeda secara bersamaan.
Pemberian definisi baku atau identitas akan membuat segala sesuatu manjadi stabil dan bersifat tetap dan menjadikan dirinya final, mutlak tak bersyarat. Diferensiasi juga mengakibatkan pemahaman yang terpisah dan ketidakmampuan melacak interelasi fenomena dan menjadikan kontradiksi logis sebagai hal yang menakutkan bahkan harus dieliminir. Lebih parah lagi, perdebatan-perdebatan tentang pemberian definisi baku terhadap sesuatu menjatuhkan perdebatan ilmiah menjadi perdebatan linguistik yang meskipun cukup penting tapi sangat berpotensi untuk mengaburkan kontradiksi melalui atribusi dan pembatasan-pembatasannya.
Sebagai contoh sederhana, logika formal akan menjelaskan bahwa ikan adalah sesuatu yang tidak memiliki kaki, bernafas dengan insang dan hidup di air. Kenyataannya, ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa beberapa hewan yang hidup di air bukanlah sejenis ikan malahan mamalia seperti paus dan lumba-lumba, sebagian ikan memiliki kaki. Contoh lain adalah penjelasan kuno mengenai cahaya, cahaya pasti terdiri dari salah satu yaitu gelombang atau partikel namun pada kenyataannya cahaya terdiri dari gelombang dan partikel.
Dalam kehidupan sosial, logika formal tidak mampu menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dalam masyarakat seperti revolusi sosial yang menjungkirbalikkan keadaan. Revolusi perancis misalnya yang menghancurkan kuasa feodal yang dianggap ideal menjadi kekuasaan demokratik borjuis bagaimana totalitarian raja dihancurkan menjadi demokrasi para borjuis. Dilapangan suprastruktur yaitu hukum, para ahli hukum formalis tidak juga mampu menjelaskan bagaimana pergantian kekuasaan negara bisa terjadi tanpa prosedur impeachment yang rumit melalui lembaga yudikatif atau bagaimana seorang diktator bisa jatuh oleh gerakan massa non konstitusional karena para formalis selalu memahami negara terpisah dari masyarakat yang menjadi bagian intrinsik yang menentukan kontradiksi dan gerak perubahan dalam negara.
Secara konseptual logika formal disibukkan dengan cara untuk mendapatkan akhir dari kontradiksi dan selalu mencari pembenaran melalui metafisika. Logika formal juga seringkali bermasalah dalam memahami penyebab peristiwa karena hukum identitasnya yang mengharuskan sesuatu dijadikan sebagai sebab sedangkan lainnya menjadi akibat. Bagi dialektika hukum sebab-akibat bukanlah sesuatu yang mutlak melainkan hanya salah satu sisi dari keseluruhan relasi dalam sebuah sistem yang menghasilkan peristiwa tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar