Kamis, 27 Januari 2011

Determinasi Historis Marx

Determinasi historis yang digunakan oleh Marx pada The German Ideology kemudian menjadi dasar bagi konsepsi materialis tentang sejarah atau materialisme historis Marx. Teori ekonomi politik marxis juga diawali oleh konsepsi ini. Marx kemudian melanjutkan penjelasan konsepsi materialis tentang sejarah dalam sumbangan untuk kritik terhadap ekonomi politik. Dalam tulisan inilah Marx mengenalkan konsepsi dasar bagi analisa ekonomi politik marxis yaitu konsepsi basic structur dan superstructure. Basic structure merupakan corak produksi masyarakat, cara manusia secara kolektif bekerja memenuhi kebutuhan hidup substansial. Basic structure tersebut menentukan bentuk dan susunan superstruktur. Superstruktur terdiri dari ideologi, politik, budaya, agama, hukum, pendidikan dan lainnya dianggap sebagai refleksi dari basic structure. Penjelasan Marx dalam “Pengantar Pada Sebuah Sumbangan Untuk Kritik Terhadap Ekonomi Politik “(1859), adalah sebagai berikut.
“…saya berkesimpulan bahwa hubungan-hubungan hukum, dan dengan demikian pula bentuk-bentuk negara, tidak dapat dipahami secara tersendiri, pun tidak dapat diterangkan atas dasar apa yang disebut kemajuan umum pikiran manusia, tetapi bahwa hal-hal itu berakar dalam kondisi-kondisi materiel dari kehidupan, yang oleh Hegel disimpulkan menurut cara Inggris dan Prancis abad kedelapan belas di bawah sebutan civil society (masyarakat sipil); anatomi masyarakat itu harus dicari di dalam teori ekonomi.”
“…Dalam produksi sosial yang orang-orang lakukan, mereka mengadakan hubungan-hubungan tertentu yang merupakan keharusan dan yang tidak tergantung dari kehendak mereka; hubungan-hubungan produksi ini sesuai dengan tahap perkembangan tertentu dari kekuatan-kekuatan produksi materiel mereka. Keseluruhan hubungan-hubungan produksi ini merupakan struktur ekonomi masyarakat-dasar yang nyata, di atas mana timbul struktur-struktur atas (superstructures) hukum dan politik dan dengan mana cocok pula bentuk-bentuk kesadaran sosial tertentu. Cara produksi kehidupan materiel menentukan sifat umum dari proses-proses sosial, politik, dan spiritual dari kehidupan. Bukan kesadaran manusialah yang menentukan eksistensinya, melainkan sebaliknya; eksistensi sosialnyalah yang menentukan kesadarannya.”
Paradigma analisis perkembangan masyarakat ini kemudian melahirkan identifikasi perkembangan masyarakat melalui corak produksinya, perkembangan sejarah masyarakat menurut analisa Marx dan Engels yang mereka curahkan pada karya Manifesto Komunis terbagai pada beberapa tahap yaitu; komunisme primitif atau masyarakat tribal primitif yang memiliki corak produksi kolektif dan alat produksi sederhana sementara hasil produksi diproduksi bersama dan dinikmati bersama juga. Kemudian masyarakat perbudakan/masyarakat kuno, feodalisme, dan Kapitalisme. Setiap tahap perkembangan masyarakat memiliki ciri-ciri khusus. Dalam setiap tahap ini juga manusia berinteraksi dengan alam dan memproduksi kebutuhan hidup mereka dengan cara yang berbeda-beda, surplus produksi kebutuhan pun didistribusikan dengan cara yang berbeda-beda. Masyarakat perbudakan didasari oleh dominasi kekuasaan pemilik budak dengan budak, feodalisme berlandaskan pada pemilik lahan/tuan tanah dengan petani tak berlahan, kapitalisme berlandaskan pada kelas kapitalis dan kelas pekerja. Pertentangan dalam kapitalisme terdapat pada kenyataan bahwa kapitalis memiliki alat produksi, distribusi dan pusat pertukaran sementara kelas pekerja hanya memiliki tenaga mereka untuk dijual pada kaum kapitalis dan mengkonsumsi hasil produksi kapitalis untuk bertahan hidup.
Dalam manuskrip ini, materialisme historis dapat dilihat melalui beberapa prinsip yaitu;
1. Corak produksi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan merupakan basis dari pembentukan semua aspek kehidupan sosial
2. Terdapat pembagian kerja yang menjadi kelas sosial dalam hubungan produksi yang berdasarkan pada kepemilikan kekayaan dimana terdapat sebagian orang hidup dari hasil kerja orang lain
3. Sistem pembagian kelas tersebut bergantung pada corak produksi
4. Corak produksi berdasarkan tingkat produktifitas yang menghasilkan surplus produksi
5. Masyarakat mencapai tahapan perkembangan masyarakat yang baru setelah kelas dominan digantikan oleh kelas baru dengan menjatuhkan kekuasaan politik yang menjalankan hubungan produksi lama yang tidak lagi sesuai dengan kekuatan produksi baru. Poin ini terletak pada suprastrktur masyarakat arena politik dalam bentuk revolusi dimana kelas bawah membebaskan kekuatan produksi dengan membentuk hubungan produksi baru dan menciptakan hubungan sosial baru.
Materialisme historis jelas bertentangan dengan konsepsi dan pandangan sejarah mainstream yang didominasi oleh idealisme dan metafisika. Pandangan hegelian yang menyebutkan bahwa sejarah berulang dengan sendirinya dan bahwa gagasan dan peristiwa-peristiwa besar akan berulang juga dibantah oleh marx melalui konsepsi ini dalam “XVIII Brumaire of Lois Bonaparte”. Marx tidak pernah percaya bahwa sejarah berulang, menurutnya sejarah tidak pernah berulang akan tetapi maju terus dengan detail yang berbeda. Meskipun dalam beberapa hal seakan terjadi pengulangan melalui kemiripan ciri atau simbol peristiwa namun jelas telah terjadi perubahan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Artinya, sebuah peristiwa memiliki kekhasan dan kontradiksinya sendiri meskipun terhubung dengan peristiwa lain di masa yang lain atau masa sebelumnya. Sebuah perubahan pun tidaklah dapat terulang ataupun ditujukan untuk mengulang kejayaan masa lalu karena perbedaan kualitatifnya ditentukan oleh dialektika material sejarah.


Pada bagian pertama XVIII Brumaire of Lois Bonaparte, Marx berargumen sebagai berikut;
“… hegel mengungkapkan bahwa semua kenyataan dan tokoh-tokoh yang sangat penting di dalam sejarah dunia terjadi, seakan dua kali. Hegellupa menambahkan bahwa yang pertama kali sebagai tragedi yang kedua kali sebagai lelucon.”
Akar pertentangan pandangan sejarah dengan kaum idealis yang terwakili oleh Hegel terletak pada perbedaan cara pandang terhadap realitas. Hegel memandang bahwa proses dialektika sejarah terus menerus berlangsung untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan bahwa realitas ditentukan oleh mental dan pemikiran (ide) sedangkan substansi material adalah refleksi dan ilusi dari pemikiran (ide) tersebut. Pandangan ini dibantah oleh Marx yang meskipun bersepakat dengan konsepsi dialektika hegel namun Marx membalikkan filsafatnya pada materialisme. Menurut Marx, realitas tidak ditentukan oleh ide dan gagasan namun ditentukan oleh dialektika material atau realita itu sendiri sedangkan ide dan gagasan merupakan refleksi dan ilusi dari realita atau dialektika material tersebut.
Pandangan mainstream lain mengenai sejarah berpendapat bahwa gagasan dan orang-orang besar menentukan jalannya sejarah juga ditentang oleh Marx dalam karyanya Grundrisse (1858) yang menyebutkan bahwa:
"Masyarakat tidak terdiri dari individu-individu namun mewakili interrelasi, dalam relasi tersebutlah terdapat individu-individu.”
Kritiknya terletak pada peran masyarakat bukan individu yang menentukan sejarah bukan pula gagasan. Pembalikan cara pandang terhadap sejarah tersebut mengimplikasikan banyak pertentangan dengan versi sejarah mainstream yang berlaku di masyarakat borjuasi. Hampir setiap segi dari sejarah borjuasi dijadikan timpang oleh pandangan ini sehingga menjadikan materialisme historis marx madzhab sendiri dalam filsafat sejarah. Pandangan Marx tentang sejarah tidak mengecilkan peranan gagasan dan orang dalam membentuk sejarah. Namun, yang dijelaskan olehnya adalah basis material dari gagasan dan kehendak manusia.
Pada bagian pertama XVIII Brumaire of Lois Bonaparte, Marx berargumen sebagai berikut;
“Manusia membuat sejarahnya sendiri, tetapi mereka tidak membuatnya seperti apa yang mereka inginkanmereka tidak membuatnya dalam situasi yang mereka pilih sendiri, melainkan dalam situasi yang langsung dihadapi, ditentukan dan ditransmisikan dari masa lalu. Tradisi dari semua generasi yang mati membeban bagaikan impian buruk di benak manusia yang hidup.”
Mempelajari materialisme historis juga merupakan mempelajari dunia, mempelajari asal muasal sistem sosial dan soistem ekonomi. Melalui materialisme historis kita dapat menganalisis berbagai aspek yang memungkinkan bagi terjadinya perubahan sosial dan penyebab terbentuknya sebuah sistem sosial. Dengan konsepsi materialisme historis kita dapat menganalisis pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam masyarakat manusi dan perubahan kualitatifnya. Seperti mengapa ada bangsa terjajah dan ada bangsa penjajah, untuk apa penjajahan di langsungkan, mengapa masyarakat di satu daerah bisa lebih maju peradabannya dibandingkan dengan yang lain sementara masyarakat yang masih jauh tertinggal. Analisa materialisme historis juga akan membawa kita pada penjelajahan ruang antara dimana kita dapat membedakan pola interaksi masyarakat menurut perilaku pemenuhan kebutuhan hidupnya, pertentangan yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan hingga proses perubahan pola relasi sosial menjadi pola transaksi jual beli.

Materialisme historis

Materialisme historis merupakan konsepsi revolusioner dalam pembahasan sejarah dan perkembangan masyarakat. Kajian ini menjadi salah satu basis dasar dari cara memahami dunia dan realita sosial diluar mainframe yang dibuat oleh paradigma mainstream. Pada masanya pun di abad ke 18 penemuan metode ini masih menggemparkan dunia keilmuan di eropa. Meskipun begitu Marx tidaklah menciptakan konsepsi ini sendiri. Konsepsi ini terlahir dari begitu banyak inspirasi dan upaya kritis Marx menanggapi pandangan-pandangan para ahli yang menjadi mainstream di abad ke 18. Kita dapat menemukan beberapa peta pertarungan konsepsi yang membangun konsep materialisme historis Marx. Diantaranya adalah;
1. Dialektika dan filsafat sejarah Hegel
2. Materialisme Feurbach
3. Teori evolusi Darwin
4. Kritik pengetahuan Duhring
Konsepsi meterialisme historis berasal dari upaya kritis Marx menjawab paradoks yang bermunculan pada teori-teori diatas hingga pada 1859 Marx menyimpulkan thesisnya mengenai ekonomi politik. Penjelasan-penjelasannya dapat kita lihat pada manuskrip-manuskrip ekonomi yang ditulis oleh Marx. Materialisme historis merupakan fondasi dasar bagi analisa ekonomi politik Marx.
Istilah “materialisme historis” (MH) berasal dari “konsepsi materialis tentang sejarah”, yang pertama kali diperkenalkan secara konseptual oleh Marx dalam The German Ideology. Marx sendiri tidak pernah memakai terminologi materialisme historis untuk konsepsinya tersebut. Namun istilah materialisme historis untuk konsepsi materialis tentang sejarah diperkenalkan oleh Engels pada karya Sosialisme; utopis dan ilmiah. Materialisme historis melihat akar penyebab pembangunan dan perubahan dalam masyarakat manusia dibentuk dari cara manusia secara kolektif memenuhi kebutuhan hidup atau ditentukan oleh motif ekonomi masyarakat. Sedangkan, hal-hal yang berada diluar ekonomi dalam masyarakat seperti kelas sosial, struktur politik, dan ideologi dilihat sebagai implikasi dari motif ekonomi.
Dalam The German Ideology (1846), Marx menyatakan bahwa
“ premis pertama dari sejarah umat manusia tentunya adalah keberadaan kehidupan manusia secara individu. Itu adalah fakta pertama untuk membangun organisasi jasmaniah dari individu-individu tersebut dan konskwensi hubungan mereka dengan alam…”
“…Manusia dapat dibedakan dari hewan melalui kesadaran, melalui agama atau apapun yang kau suka. Manusia sendiri mulai membedakan dirinya dengan hewan ketika mereka memproduksi kebutuhan mereka untuk bertahan hidup, suatu langkah yang sudah dikondisikan oleh organisasi jasmaniah mereka. Dengan memproduksi kebutuhan mereka untuk bertahan hidup manusia secara tidak langsung memproduksi meterial kehidupan mereka.”

Engels kemudian menambahkan dalam karyanya Sosialisme: utopi dan ilmiah,
“…Konsepsi materialis tentang sejarah dimulai dari dalil bahwa produksi alat pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian digunakan untuk memproduksi kebutuhan, pertukaran hasil produksi merupakan dasar dari semua struktur sosial;bahwa setiap masrakat yang muncul dalam sejarah, cara dimana kekayaan didistribusikan kepada masyarakat dibedakan oleh kelas dan kebutuhan yang bergantung pada apa yang diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan bagaimana produksi dipertukarkan. Dari pandangan ini, penyebab utama dari perubahan sosial dan revolusi politik harus dicari, bukan dari otak manusia, bukan dari bagaimana manusia mencari kebenaran abadi dan keadilan, tapi dari perubahan mode produksi dan pertukaran.”

Rabu, 26 Januari 2011

Logika formal dan Dialektika

Oleh: Roliv

Untuk mempelajari dialektika, penting bagi kita untuk terlebih dahulu mempelajari logika formal secara komprehensif karena dialektika sendiri merupakan kritik tegas dari logika formal dan dilahirkan oleh keterbatasan-keterbatasan logika formal.
Logika formal adalah sebuah capaian penting dalam proses cara berpikir manusia, karena rumusan-rumusannya menjelaskan tentang bagaimana manusia mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan memberikan kesimpulan terhadap seluruh gejala-gejala obyektif. Dengan demikian logika formal juga memiliki keterbatasan, karena hanya merupakan satu bagian dari capaian proses cara berpikir yang dapat berlaku dalam kurun sejarah tertentu.
Hukum logika formal dibagi menjadi tiga arus utama yaitu:
1. Hukum identitas
Hukum identitas menjelaskan bahwa 'A' sama dengan 'A' – yaitu bahwa benda-benda adalah seperti itu apa adanya, dan bahwa benda itu berposisi pada hubungan yang tertentu (pasti) satu sama lain. Ada hukum-hukum turunan lain yang didasarkan pada hukum identitas; yaitu misalnya, jika 'A' sama dengan 'A', maka 'A' tidak mungkin sama dengan 'B' atau 'C'.
2. Hukum kontradiksi
Hukum kontradiksi menyatakan bahwa A adalah bukan Non-A. hukum ini adalah silogisme negatif dari hukum identitas. Jika A selalu sama dengan dirinya maka ia tidak mungkin berbeda dengan dirinya. Perbedaan dan persamaan menurut dua hukum di atas adalah benar-benar berbeda, sepenuhnya tak berhubungan, dan menunjukkan saling berbedanya antara karakter benda (things) dengan karakter fikiran (thought).
3. Hukum tidak ada jalan tengah
Hukum ini menyebutkan bahwa segala sesuatu hanya memiliki salah satu karakteristik tertentu. Jika A sama dengan A, maka ia tidak dapat sama dengan Non-A. A tidak dapat menjadi bagian dari dua kelas yang bertentangan pada waktu yang bersamaan. Dimanapun dua hal yang berlawanan tersebut akan saling bertentangan, keduanya tidak dapat dikatakan benar atau salah. A adalah bukan B; dan B adalah bukan A. Kebenaran dari sebuah pernyataan selalu menunjukkan kesalahan berdasarkan lawan pertentangannya dan sebaliknya. Hukum yang ketiga tersebut adalah sebuah kombinasi dari dua hukum pertama dan berkembang secara logis.
Rumusan-rumusan logika formal mengandung dan lahir dari unsur-unsur material yang ada di tengah realitas, sehingga ia telah dijadikan basis bagi perkembangan ilmu pengetahuan, atau pun menghasilkan penemuan-penemuan. Namun, rumusan-rumusan tersebut tetap memiliki keterbatasan-keterbatasan yang pada akhirnya malah menghambat pengembangan lebih lanjut dari suatu temuan ilmiah. Hal ini dapat terjadi karena logika formal mengandung kebenaran, tapi juga sekaligus mengandung kesalahan.
Secara ringkas ketiga hukum tersebut bermuara pada hukum identitas, logika formal akan memulai operasionalnya ketika sudah menemukan identitasnya atau definisi baku terhadap sesuatu tersebut. Pemilahan identitas tersebut akan berimplikasi pada pembedaan atau diferensiasi dimana segala sesuatu akan selalu berbeda dengan sesuatu lainnya dan tidak mungkin sesuatu menjadi bagian dari dua identitas yang berbeda secara bersamaan.
Pemberian definisi baku atau identitas akan membuat segala sesuatu manjadi stabil dan bersifat tetap dan menjadikan dirinya final, mutlak tak bersyarat. Diferensiasi juga mengakibatkan pemahaman yang terpisah dan ketidakmampuan melacak interelasi fenomena dan menjadikan kontradiksi logis sebagai hal yang menakutkan bahkan harus dieliminir. Lebih parah lagi, perdebatan-perdebatan tentang pemberian definisi baku terhadap sesuatu menjatuhkan perdebatan ilmiah menjadi perdebatan linguistik yang meskipun cukup penting tapi sangat berpotensi untuk mengaburkan kontradiksi melalui atribusi dan pembatasan-pembatasannya.
Sebagai contoh sederhana, logika formal akan menjelaskan bahwa ikan adalah sesuatu yang tidak memiliki kaki, bernafas dengan insang dan hidup di air. Kenyataannya, ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa beberapa hewan yang hidup di air bukanlah sejenis ikan malahan mamalia seperti paus dan lumba-lumba, sebagian ikan memiliki kaki. Contoh lain adalah penjelasan kuno mengenai cahaya, cahaya pasti terdiri dari salah satu yaitu gelombang atau partikel namun pada kenyataannya cahaya terdiri dari gelombang dan partikel.
Dalam kehidupan sosial, logika formal tidak mampu menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dalam masyarakat seperti revolusi sosial yang menjungkirbalikkan keadaan. Revolusi perancis misalnya yang menghancurkan kuasa feodal yang dianggap ideal menjadi kekuasaan demokratik borjuis bagaimana totalitarian raja dihancurkan menjadi demokrasi para borjuis. Dilapangan suprastruktur yaitu hukum, para ahli hukum formalis tidak juga mampu menjelaskan bagaimana pergantian kekuasaan negara bisa terjadi tanpa prosedur impeachment yang rumit melalui lembaga yudikatif atau bagaimana seorang diktator bisa jatuh oleh gerakan massa non konstitusional karena para formalis selalu memahami negara terpisah dari masyarakat yang menjadi bagian intrinsik yang menentukan kontradiksi dan gerak perubahan dalam negara.
Secara konseptual logika formal disibukkan dengan cara untuk mendapatkan akhir dari kontradiksi dan selalu mencari pembenaran melalui metafisika. Logika formal juga seringkali bermasalah dalam memahami penyebab peristiwa karena hukum identitasnya yang mengharuskan sesuatu dijadikan sebagai sebab sedangkan lainnya menjadi akibat. Bagi dialektika hukum sebab-akibat bukanlah sesuatu yang mutlak melainkan hanya salah satu sisi dari keseluruhan relasi dalam sebuah sistem yang menghasilkan peristiwa tersebut.

Metode dialektika Marx

Oleh: Roliv

Materialisme Dialektik

Materialisme dialektik adalah materialisme yang menggunakan metode dialektik dan dialektika yang berlandaskan pada materialisme. Disini dialektika adalah metode untuk memberi penjelasan yang bertujuan untuk memahami sesuatu secara kongkrit dalam keseluruhan gerak perubahan dan hubungan dengan oposisinya dan segi kontradiksinya dalam suatu kesatuan.. Mengenai metode dialektikanya Marx dalam Capital Vol.1 (1867) menjelaskan bahwa:
"Metode dialektika saya, bukan hanya berbeda dengan Hegel, tapi persis kebalikannya. Bagi Hegel, proses kehidupan dari otak manusia, yaitu proses berpikir, yang di bawah panji "Ide" bahkan diubahnya menjadi satu subjek yang independen, adalah inti hakikat dari dunia nyata, dan dunia nyata hanyalah sekedar bentuk "Ide" yang eksternal dan fenomenal. Bagi saya, sebaliknya, ide bukanlah apa-apa melainkan dunia nyata yang tercermin dalam pikiran manusia, dan diterjemahkan dalam bentuk-bentuk pikiran.”( Capital Vol.1;17;1867)

Preposisi dasar dialektika adalah bahwa segala hal berada dalam proses perubahan, pergerakan dan perkembangan yang terus-menerus. Bahkan ketika tidak terlihat sesuatupun terjadi, dalam kenyataannya, materi selalu berubah. Molekul, atom dan partikel-partikel sub-atomik terus bertukar tempat, selalu dalam pergerakan. Dialektika, dengan demikian, adalah sebuah interpretasi yang pada hakikatnya dinamik atas segala gejala dan proses yang terjadi dalam segala tingkat materi, baik yang organik maupun yang anorganik. Secara sederhana dialektika merupakan logika gerak
Engels dalam Dialektika Alam (1883), mendefinisikan dialektika sebagai "ilmu tentang hukum-hukum umum tentang gerak dan perkembangan alam, masyarakat manusia dan pemikiran." Dalam “Anti-Dühring” dan “The Dialectics of Nature”, Engels memberikan satu ringkasan tentang hukum-hukum dialektika, yang memiliki tiga hukum utama yaitu;
1. Hukum kontradikisi oposisi yang berlawanan
a. Hukum kontradiksi menyatakan bahwa terdapat pertentangan dalam suatu kesatuan. kontradiksi tersebut merupakan dasar dari gerak dan sumber dari keberadaan, kontradiksi berada dalam seluruh materi. Hukum ini juga menghasilkan penjelsan interelasi antara materi, gerak, ruang dan waktu.
2. Hukum transformasi kuantitas menjadi kualitas dan vice versa
a. Hukum ini menyatakan bahwa kelanjutan dari pertambahan kuantitas akan menghasilkan lompatan kualitas dan berlaku sebaliknya. Hukum ini menyatakan bahwa proses-proses perubahan – gerak di alam semesta – tidaklah perlahan (gradual), dan juga tidak setara. Periode-periode perubahan yang relatif gradual atau perubahan kecil selalu diselingi dengan periode-periode perubahan yang sangat cepat – perubahan semacam ini tidak bisa diukur dengan kuantitas, melainkan hanya bisa diukur dengan kualitas
3. Hukum negasi dari negasi
a. Hukum negasi menyatakan bahwa alam secara konstan terus menerus meningkatkan kuantitas numerik segala sesuatu dan menegasikannya untuk menghasilkan kualitas baru. 'Negasi' dalam hal ini secara sederhana berarti gugurnya sesuatu, kematian suatu benda karena ia bertransformasi (berubah) menjadi benda yang lain.
Upaya Engels memberikan hukum-hukum umum yang berlaku pada MD memang masih terus menjadi perdebatan karena dianggap mebatasi gerak dialektik dan terlalu ambisius. Namun seperti dalam argumen Marx, hanya prakteklah yang dapat menjawab misteri perdebatan teori, hukum dialektika Engels masih terus berlaku dalam praktik hingga saat ini. Seperti dijelaskan kembali oleh hedel dalam ludwig Feurbach dan akhir filsafat jerman pada kutipan berikut;
“… Dan pandangan dialektik sendiri tak lebih dari sekadar refleksi proses otak yang berpikir. Hal itu, tentunya, juga merupakan sisi yang konservatif: pandangan tersebut mengakui bahwa tahap-tahap pasti ilmu-pengetahuan dan masyarakat dibenarkan oleh waktu dan lingkungannya, walaupun hanya dalam batasan-batasan tertentu. Konservatisme cara pandang tersebut, memang, relatif; karakter revolusionernya yang absolut—itu lah satu-satunya keabsolutan yang harus diakui.” (Engels, Ludwig Feurbach and the End of Classical German Philosophy).

MD berlawanan dengan logika formal dan metafisika atau pandangan umum yang memulai penjelasan terhadap segala sesuatu dengan menentukan definisi baku berdasarkan atributnya. Dialektika bekerja mengungkap tampilan dibalik fenomena yang di dalam MD tampilan bisa menjadi sangat kontradiktif dengan esensinya.

Dialektika

Oleh: Roliv

Metode dialektika bukanlah metode yang diciptakan oleh Marx. Sejarah mencatat bahwa metode dialektika telah dipraktikkan untuk pertamakali oleh Zeno dari Elea (490 SM) seorang filsuf yunani kuno yang diabadikan oleh karya-karya dialog Plato dan dipraktekkan lebih intens lagi oleh Sokrates (470 SM).
Metode dialektika kuno secara konsepsi berasal dari metode pencarian kebenaran dalam bentuk tanya jawab (dialog). Metode ini mengawali pencarian kebenaran melalui sikap mempertanyakan segala sesuatu, mengoreksi rasio semua jawaban dan mengkonfirmasi jawaban untuk menguji ketersalinghubungan diantara jawaban-jawaban tersebut. Metode ini dianggap sangat efektif untuk mencari kebenaran pada masanya bahkan hingga saat ini metode dialektika masih dapat ditemukan dalam perdebatan-perdebatan dialogis sebagai taktik untuk mengalahkan argumen lawan bicara (reductio absordtum). Namun, metode dialektika kuno ini memiliki keterbatasan serius dimana metode ini tidak akan mampu menjawab permasalahn-permasalah non dialogis seperti pengetahuan empiris.
Hegel melalui pandangan metafisisnya dengan menekankan pandangannya pada logika membangun persepsi gerakan tritunggal yang disebutnya sebagai dialektika. Bagi Hegel, dialektika tidak lagi sekedar metode dialogis tapi juga metode mencari kebenaran universal. Hegel menggambarkan dialektika terdiri atas tesis, antitesis dan sintesis. Metode ini juga yang melahirkan filsafat sejarah Hegel. Dialektika Hegel selalu berupaya membangun sistem yang menjadi kebenaran absolut sebagaimana tradisi pendekatan filasafat pada umumnya yang membutuhkan kepastian awal dan akhir segala sesuatu. Konstruksi idealisme dan metafisis Hegel dijelaskannya melalui argumen bahwa perkembangan alam maupun masyarakat merupakan suatu upaya penyadaran diri yang dilakukan oleh roh (Geist), proses ini melibatkan transformasi terus menerus hingga mencapai puncaknya pada tahap “pengetahuan absolut”.
Berseberangan dengan Hegel, Marx menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak didasarkan pada roh atau “pengetahuan absolut” akan tetapi berasal dari dampak kontradiksi dan interelasi material yang ada dalam alam dan dalam masyarakat. Meskipun begitu, Marx menemukan karakter revolusioner dari dialektika Hegel yang tidak pernah dijelaskan secara tegas oleh Hegel sendiri yakni, dialektika menempatkan segala sesuatu dalam gerak perubahan sehingga segala sesuatu yang ada pasti musnah. Diktum ini dengan sendirinya menghancurkan anggapan tentang akhir pengetahuan manusia atau ide absolut itu sendiri. Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Engels dalam “Ludwig Feurbach dan akhir filsafat jerman (1886)” bahwa di tangan Hegel tidak ada lagi kebenaran berupa pernyataan dogmatis atau hasil kognisi yang kemudian hanya perlu dihafalkan dalam hati, kebenaran terletak pada proses panjang meraih pengetahuan, yang meningkat dari yang rendah hingga yang semakin tinggi tanpa pernah mencapai ujung.
Marx tidak meninggalkan dialektika, akan tetapi mencerabut akar idealisme dan metafisika dalam dialektika dan memberikan materialisme sebagai landasannya. Dengan begitu dialektika tidak lagi berjalan dengan kepalanya namun dengan kakinya dan tidak terpisah dari realitas.

Materialisme

oleh: Roliv

Pandangan materialis Marx disusun oleh ketertarikannya pada diskursus materialisme kuno para filsuf atomis yang secara komprehensif ia tuangkan dalam desertasi doktoralnya mengenai Epikurus dan Demokritus. Pengaruh lain yang juga besar adalah kritik Feurbach terhadap Hegel.
Seperti yang telah kita bahas pada MH, konsepsi materialisme Marx terdapat pada dua karya berbeda yaitu The German Ideology (1846) yang ditulis oleh Marx dan Sosialisme ilmiah dan Sosialisme Utopis yang ditulis oleh Engels. Sumber lain yang dianggap lebih komprehensif dalam menjelaskan pandangan materialis Marx dapat kita lihat pada karyanya Tesis Tentang Feurbach (1845).
Menurut Marx, materialisme Feurbach telah gagal mengkritik idealisme Hegel bahkan terjatuh pada kubangan yang sama, idealisme dan religi. Bila bagi Hegel manusia adalah Roh atau Tuhan yang di satu sisi sedang terasingkan dan di sisi lain sedang dalam proses penyadaran dirinya, Feurbach berpendapat sebaliknya, manusia bukanlah Tuhan yang terasing melainkan ketika manusia memproyeksikan gambaran dirinya yang ideal dan menyembahnya maka manusia terasingkan dari dirinya sendiri.
Feurbach juga berpendirian bahwa materi bukanlah ciptaan ide seperti yang dikatakan Hegel namun ide adalah ciptaan tertinggi dari materi yang bernama otak. Namun materialisme Feurbach berhenti disini. Alih-alih menlanjutkan kritiknya dengan pandangan berbeda, Feurbach malah terjebak dalam konsep religius dan membangun persepsi sekularisme ateistik yang memfokuskan kritiknya pada agama dan membangun agama alternatif yang berdasarkan pada kritik transformasionalnya.
Pandangan materialis Feurbach seperti pandangan materialis lain sebelumnya adalah bahwa penginderaan materi hanyalah bentuk benda atau kontemplasi bukan sebagai aktifitas praktis inderawi manusia, perdebatan-perdebatan kaum materialis mengenai apa yang nyata dan tidak nyata juga terisolasi dari praktek dan hanya menjadi persoalan skolastik. Logika materialisme yang bekerja disini adalah logka formal membedakan satu sama lain (hukum identitas) sebagai bagian yang terpisah (diferensiasi). Inilah kekalahan utama materialisme lama (termasuk Feurbach) dari filsafat idealis Hegel yang dialektis. Seperti dikutip pada pernyataan berikut:
“… Feuerbach menghendaki objek inderawi, benar-benar dipisahkan dari objek pemikiran, tapi dia lupa menyadari bahwa aktivitas manusia itu sendiri sebagai aktivitas objektif [gegenstandliche]. Oleh karenanya dalam risalah "Esensi Kristiani" (Das Wesen des Christenthums), Feuerbach beranggapan bahwa hanya sikap teoritislah sebagai satu-satunya sikap manusia yang sejati, sedangkan praktek hanyalah bentuk penampakan kotor-Judaisme (agama Yahudi, pent). Oleh karenanya Feuerbach tidak mengerti makna penting aktivitas "revolusioner", aktivitas "praktis-kritis". (Theses On Feurbach;1845)

Berseberangan dengan Feurbach, Marx menyatakan bahwa sentimen keagamaan merupakan produk sosial dan individu abstrak yang dianalisa oleh Feurbach adalah bagian yang terintegrasi dengan masyarakat tertentu. Lebih jauh Marx berpendapat bahwa semua kehidupan sosial pada hakekatnya adalah praktis bukan kontemplasi teoritik bahkan kesesatan pembenaran mistis bagi teori hanya dapat dijelaskan melalui praktek dalam kehidupan sosial. Dengan begitu Marx mencerabut akar logika formal dalam materialisme kontemplatif Feurbach kemudian menambahkan dua poin penting bagi materialisme yaitu metode dialektika sebagai metode berpikirnya agar tidak terjebak dalam labirin idealisme dan praktek sebagai solusi dari kebuntuan perdebatan kontemplatif yang menjerumuskan teori pada mistisisme.

Tentang materialisme Dialektik

Oleh: Roliv
Materialisme dialektik bukanlah istilah yang dipopulerkan oleh Marx melainkan oleh Karl Kautsky seorang Marxis Jerman yang memimpin internasionale kedua istilah materialisme dialektik sendiri pertama kali digunakan oleh Joseph Dietzgen dan Frederick Engels. Pemberian istilah materialisme dialektik ini dimaksudkan untuk mempermudah pengenalan metode berpikir Marx dalam menjelaskan teorinya dan dialektika yang digunakan oleh Marx dan Engels sebagai perangkat berpikir utama dalam keseluruhan karyanya. MD dimulai dari konsepsi materialis tentang sejarah namun jika MH merupakan pembongkaran intepretasi sejarah kaum idealis, MD merupakan pisau analisa yang melandasinya.
Dialektika sendiri bukanlah hal yang baru dalam khazanah filsafat dan logika, kita dapat menemukan banyak nama yang mempopulerkan dialektika sejak Yunani kuno hingga Jerman di abad 18 dari Zeno hingga Hegel. Namun, Marx mengatakan bahwa dialektikanya sangat berbeda dengan Hegel yang dianggap puncak filsafat Jerman. Marx mengembalikan dialektika Hegel ke kakinya dan kemudian dicurahkan secara aplikatif dalam Manifesto Komunis yang menyebutkan bahwa sejarah manusia adalah sejarah pertentangan kelas.
Dalam lapangan materialisme, Marx juga berseteru dengan sesama Hegelian Kiri yaitu Ludwig Feurbach yang juga membalikkan filsafat Hegelian yang idealis. Feurbach membalikkan filsafat Hegel yang berujung pada ‘roh’, “Ide Absolut” dengan nama lain adalah “Tuhan”. Bagi Marx, materialisme Feurbachamatlah terbatas dan memiliki kontradiksi internal yang tidak selesai selain karena pembatasan definitif materialisme dari proses penginderaan manusia, materialisme Feurbach sebagai kritik terhadap Hegel dinilai gagal karena keterjebakannya pada lingkaran relijius dan sekularisme vulgar yang mengkontradiksikan dirinya pada agama dengan melupakan kontradiksinya sendiri.
Pembahasan materialisme dialektik yang disusun oleh Marx merupakan gabungan metode filsafat materialisme dan logika dialektika yang tidak akan terlepas dari kenyataan revolusi Prancis dan arus pemikiran Hegel juga Feurbach dalam ranah filsafat dan logika. Pembahasan MD merupakan pembahasan yang sangat krusial dalam pemahaman Marxisme, MD sebagai logika gerak dan logika analitik merupakan tumpu utama dalam pemikiran Marx dan intepretasi teorinya. Dengan mempelajari logika secara umum dan MD secara khusus kita akan mencapai pemahaman yang lengkap akan keseluruhan fenomena baik dalam tataran konseptual maupun tataran praktis.