Determinasi historis yang digunakan oleh Marx pada The German Ideology kemudian menjadi dasar bagi konsepsi materialis tentang sejarah atau materialisme historis Marx. Teori ekonomi politik marxis juga diawali oleh konsepsi ini. Marx kemudian melanjutkan penjelasan konsepsi materialis tentang sejarah dalam sumbangan untuk kritik terhadap ekonomi politik. Dalam tulisan inilah Marx mengenalkan konsepsi dasar bagi analisa ekonomi politik marxis yaitu konsepsi basic structur dan superstructure. Basic structure merupakan corak produksi masyarakat, cara manusia secara kolektif bekerja memenuhi kebutuhan hidup substansial. Basic structure tersebut menentukan bentuk dan susunan superstruktur. Superstruktur terdiri dari ideologi, politik, budaya, agama, hukum, pendidikan dan lainnya dianggap sebagai refleksi dari basic structure. Penjelasan Marx dalam “Pengantar Pada Sebuah Sumbangan Untuk Kritik Terhadap Ekonomi Politik “(1859), adalah sebagai berikut.
“…saya berkesimpulan bahwa hubungan-hubungan hukum, dan dengan demikian pula bentuk-bentuk negara, tidak dapat dipahami secara tersendiri, pun tidak dapat diterangkan atas dasar apa yang disebut kemajuan umum pikiran manusia, tetapi bahwa hal-hal itu berakar dalam kondisi-kondisi materiel dari kehidupan, yang oleh Hegel disimpulkan menurut cara Inggris dan Prancis abad kedelapan belas di bawah sebutan civil society (masyarakat sipil); anatomi masyarakat itu harus dicari di dalam teori ekonomi.”
“…Dalam produksi sosial yang orang-orang lakukan, mereka mengadakan hubungan-hubungan tertentu yang merupakan keharusan dan yang tidak tergantung dari kehendak mereka; hubungan-hubungan produksi ini sesuai dengan tahap perkembangan tertentu dari kekuatan-kekuatan produksi materiel mereka. Keseluruhan hubungan-hubungan produksi ini merupakan struktur ekonomi masyarakat-dasar yang nyata, di atas mana timbul struktur-struktur atas (superstructures) hukum dan politik dan dengan mana cocok pula bentuk-bentuk kesadaran sosial tertentu. Cara produksi kehidupan materiel menentukan sifat umum dari proses-proses sosial, politik, dan spiritual dari kehidupan. Bukan kesadaran manusialah yang menentukan eksistensinya, melainkan sebaliknya; eksistensi sosialnyalah yang menentukan kesadarannya.”
Paradigma analisis perkembangan masyarakat ini kemudian melahirkan identifikasi perkembangan masyarakat melalui corak produksinya, perkembangan sejarah masyarakat menurut analisa Marx dan Engels yang mereka curahkan pada karya Manifesto Komunis terbagai pada beberapa tahap yaitu; komunisme primitif atau masyarakat tribal primitif yang memiliki corak produksi kolektif dan alat produksi sederhana sementara hasil produksi diproduksi bersama dan dinikmati bersama juga. Kemudian masyarakat perbudakan/masyarakat kuno, feodalisme, dan Kapitalisme. Setiap tahap perkembangan masyarakat memiliki ciri-ciri khusus. Dalam setiap tahap ini juga manusia berinteraksi dengan alam dan memproduksi kebutuhan hidup mereka dengan cara yang berbeda-beda, surplus produksi kebutuhan pun didistribusikan dengan cara yang berbeda-beda. Masyarakat perbudakan didasari oleh dominasi kekuasaan pemilik budak dengan budak, feodalisme berlandaskan pada pemilik lahan/tuan tanah dengan petani tak berlahan, kapitalisme berlandaskan pada kelas kapitalis dan kelas pekerja. Pertentangan dalam kapitalisme terdapat pada kenyataan bahwa kapitalis memiliki alat produksi, distribusi dan pusat pertukaran sementara kelas pekerja hanya memiliki tenaga mereka untuk dijual pada kaum kapitalis dan mengkonsumsi hasil produksi kapitalis untuk bertahan hidup.
Dalam manuskrip ini, materialisme historis dapat dilihat melalui beberapa prinsip yaitu;
1. Corak produksi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan merupakan basis dari pembentukan semua aspek kehidupan sosial
2. Terdapat pembagian kerja yang menjadi kelas sosial dalam hubungan produksi yang berdasarkan pada kepemilikan kekayaan dimana terdapat sebagian orang hidup dari hasil kerja orang lain
3. Sistem pembagian kelas tersebut bergantung pada corak produksi
4. Corak produksi berdasarkan tingkat produktifitas yang menghasilkan surplus produksi
5. Masyarakat mencapai tahapan perkembangan masyarakat yang baru setelah kelas dominan digantikan oleh kelas baru dengan menjatuhkan kekuasaan politik yang menjalankan hubungan produksi lama yang tidak lagi sesuai dengan kekuatan produksi baru. Poin ini terletak pada suprastrktur masyarakat arena politik dalam bentuk revolusi dimana kelas bawah membebaskan kekuatan produksi dengan membentuk hubungan produksi baru dan menciptakan hubungan sosial baru.
Materialisme historis jelas bertentangan dengan konsepsi dan pandangan sejarah mainstream yang didominasi oleh idealisme dan metafisika. Pandangan hegelian yang menyebutkan bahwa sejarah berulang dengan sendirinya dan bahwa gagasan dan peristiwa-peristiwa besar akan berulang juga dibantah oleh marx melalui konsepsi ini dalam “XVIII Brumaire of Lois Bonaparte”. Marx tidak pernah percaya bahwa sejarah berulang, menurutnya sejarah tidak pernah berulang akan tetapi maju terus dengan detail yang berbeda. Meskipun dalam beberapa hal seakan terjadi pengulangan melalui kemiripan ciri atau simbol peristiwa namun jelas telah terjadi perubahan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Artinya, sebuah peristiwa memiliki kekhasan dan kontradiksinya sendiri meskipun terhubung dengan peristiwa lain di masa yang lain atau masa sebelumnya. Sebuah perubahan pun tidaklah dapat terulang ataupun ditujukan untuk mengulang kejayaan masa lalu karena perbedaan kualitatifnya ditentukan oleh dialektika material sejarah.
Pada bagian pertama XVIII Brumaire of Lois Bonaparte, Marx berargumen sebagai berikut;
“… hegel mengungkapkan bahwa semua kenyataan dan tokoh-tokoh yang sangat penting di dalam sejarah dunia terjadi, seakan dua kali. Hegellupa menambahkan bahwa yang pertama kali sebagai tragedi yang kedua kali sebagai lelucon.”
Akar pertentangan pandangan sejarah dengan kaum idealis yang terwakili oleh Hegel terletak pada perbedaan cara pandang terhadap realitas. Hegel memandang bahwa proses dialektika sejarah terus menerus berlangsung untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan bahwa realitas ditentukan oleh mental dan pemikiran (ide) sedangkan substansi material adalah refleksi dan ilusi dari pemikiran (ide) tersebut. Pandangan ini dibantah oleh Marx yang meskipun bersepakat dengan konsepsi dialektika hegel namun Marx membalikkan filsafatnya pada materialisme. Menurut Marx, realitas tidak ditentukan oleh ide dan gagasan namun ditentukan oleh dialektika material atau realita itu sendiri sedangkan ide dan gagasan merupakan refleksi dan ilusi dari realita atau dialektika material tersebut.
Pandangan mainstream lain mengenai sejarah berpendapat bahwa gagasan dan orang-orang besar menentukan jalannya sejarah juga ditentang oleh Marx dalam karyanya Grundrisse (1858) yang menyebutkan bahwa:
"Masyarakat tidak terdiri dari individu-individu namun mewakili interrelasi, dalam relasi tersebutlah terdapat individu-individu.”
Kritiknya terletak pada peran masyarakat bukan individu yang menentukan sejarah bukan pula gagasan. Pembalikan cara pandang terhadap sejarah tersebut mengimplikasikan banyak pertentangan dengan versi sejarah mainstream yang berlaku di masyarakat borjuasi. Hampir setiap segi dari sejarah borjuasi dijadikan timpang oleh pandangan ini sehingga menjadikan materialisme historis marx madzhab sendiri dalam filsafat sejarah. Pandangan Marx tentang sejarah tidak mengecilkan peranan gagasan dan orang dalam membentuk sejarah. Namun, yang dijelaskan olehnya adalah basis material dari gagasan dan kehendak manusia.
Pada bagian pertama XVIII Brumaire of Lois Bonaparte, Marx berargumen sebagai berikut;
“Manusia membuat sejarahnya sendiri, tetapi mereka tidak membuatnya seperti apa yang mereka inginkanmereka tidak membuatnya dalam situasi yang mereka pilih sendiri, melainkan dalam situasi yang langsung dihadapi, ditentukan dan ditransmisikan dari masa lalu. Tradisi dari semua generasi yang mati membeban bagaikan impian buruk di benak manusia yang hidup.”
Mempelajari materialisme historis juga merupakan mempelajari dunia, mempelajari asal muasal sistem sosial dan soistem ekonomi. Melalui materialisme historis kita dapat menganalisis berbagai aspek yang memungkinkan bagi terjadinya perubahan sosial dan penyebab terbentuknya sebuah sistem sosial. Dengan konsepsi materialisme historis kita dapat menganalisis pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam masyarakat manusi dan perubahan kualitatifnya. Seperti mengapa ada bangsa terjajah dan ada bangsa penjajah, untuk apa penjajahan di langsungkan, mengapa masyarakat di satu daerah bisa lebih maju peradabannya dibandingkan dengan yang lain sementara masyarakat yang masih jauh tertinggal. Analisa materialisme historis juga akan membawa kita pada penjelajahan ruang antara dimana kita dapat membedakan pola interaksi masyarakat menurut perilaku pemenuhan kebutuhan hidupnya, pertentangan yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan hingga proses perubahan pola relasi sosial menjadi pola transaksi jual beli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar