Jumat, 11 November 2011

Postkolonial atau pascakolonial?

catatan malam Roliv

Beberapa bulan terakhir aku bergekut dengan kajian postkolonial dalam rangka membantu penyelesaian skripsi agnes yang membahas mengenai identitas kebangsaan dalam novel Pacar Merah Indonesia. banyak literatur yang kubaca, dimulai dari buku Keith Foulcher yang berisi tentang makalah pertemuan para 'pengkritik' sastra di australia, karya hebat Edward Said yang disebut-sebut sebagai vanguard kajian postkolonial, artikel sederhana namun mendalam milik gayatri spivak berjudul 'can subaltern speak', Franz Fannon si psikiater yang bermasalah dengan identitas, Homi Babha yang ambivalen hingga Benita Parry yang mencerahkan.
Kajian postkolonial (aku lebih senang menyebut post ketimbang pasca) memang kajian yang masih problematis dan belum ajeg menjadi pendekatan keilmuan baik bagi sastra maupun kajian sosial lainnya. Di Indonesia sendiri kajian ini masih mengalami perdebatan etimologis yang tidak ada ujungnya mengenai Post atau Pasca yang mengawali kata kolonialisme. perdebatan ini rupanya tidak se remeh yang kukira, kata Post dan Pasca merupakan kata yang saling bertolak belakang, perubahan penggunaan kata tersebut berkonsekwensi pada perubahan deduksi pikiran dalam memulai kajian mengenai kolonialisme. kata Post memiliki arti yang lebih luas ketimbang Pasca, Post mewakili makna kritis, Post dapat disebut sebagai Kritik terhadap... atau setelah suatu keadaan. namun seringkali Post ditempatkan pada posisi Kritik terhadap ketimbang setelah. Post lebih longgar dalam pemilihan waktu melingkupi kejadian sebelum, sedang dan setelah. sedangkan Pasca memiliki satu makna yaitu setelah (meskipun dalam bahasa finlandia menurut temanku berarti Tahi. atas dasar alasan ini aku memilih menyebut postkolonial ketimbang pascakolonial.
perdebatan ini sebenarnya bukan perdebatan yang dibuat-buat atau hanya terjadi di indonesia akan tetapi berasal dari problematika kajian ini sendiri. perjalanan teoritis pembangunan kajian postkolonial membawa kajian ini jauh panggang dari api. kajian postkolonial dipelopori oleh Franz Fannon seorang psikiater sekaligus seorang aktivis sosialis. Fannon mempermasalahkan bagaimana kaum terjajah membentuk identitasnya, memandang dirinya sendiri di depan kaum penjajah. sedangkan Said mengulas mengenai cara pandang Barat sebagai penjajah kepada Timur sebagai terjajah melalui Orientalismenya.
Kajian ini terus berkembang hingga Homi Babha memasukkan psikoanalisis kedalam kajian poskolonial melalui konsep ambivalensi, mimikri, hibriditas yang menjadi kategori-kategori utama dalam kajian poskolonial. dalam kajian literatur atau sastra kajian poskolonial menjadi kajian yang cenderung berkiblat pada psikoanalisis ketimbang kajian kritik terhadap kolonialisme. pendekatan postkolonial modern yang diambil alih oleh para akademisi sastra dan cultural studies tidak lagi menjadi kritik terhadap kolonialisme akan tetapi malah menjadi alat rekonsiliasi penjajah dan terjajah.
Kajian ini mendapat tantangan hebat dari Benita Parry, ia mengingatkan kembali peran wacana antikolonial sebagai pelopor kajian poskolonial. lebih jauh lagi Parry menambahkan peran gerakan Trotskyst dalam memupuk kesadaran antikolonial di negara jajahan pada tahun 1930an. pandangan Parry membongkar pandangan kajian poskolonial yang bersifat idealistik dan memisahkan konteks represi kolonial dan menjebakkan kajian pada kategori-kategori psikoanalisis dalam kajian poskolonial. Parry menggunakan pandangan kritis materialis dalam mengkritik kajian poskolonial tanpa menegasikan pembangunan kajian ini oleh para pendahulunya. kajian poskolonial yang mengkaji wacan ambivalensi mimikri dan wacana tandingan rupanya menghadapi tandingan wacana dari kaum materialis yang menolak pengingkaran kajian poskolonial pada akar kritisnya.
Aku sendiri yang memiliki kecenderungan Marxis, melalui analisa material historis kurasa sudah cukup menjelaskan pengingkaran kajian postkolonial. kajian ini memang harus dikembalikan pada relnya yang berakar pada emansipatory marxis dan tujuan politiknya sebagai gugatan dan pembentukan sejarah baru masyarakat terjajah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar